Senin, 29 April 2013

Cerpen Bahasa Indonesia


Sahabat menjadi seseorang yang kedudukannya melebihi saudara di hidupmu. Memiliki makna lebih dari sekedar untaian kalimat. Aku belum pernah memiliki sahabat yang sedekat ini sebelum aku memasuki jenjang pendidikan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun aku merasa tidak pernah menjadi seorang sahabat yang baik untuk sahabatku. Ella, Ina, Rara mereka adalah sahabatku waktu kami duduk dibangku SMP bahkan sampai saat ini walaupun sejak enam bulan yang lalu kami sudah mulai jarang berkumpul.
Senang dan susah dipikul bersama-sama, ketika kami lupa saling mengingatkan, kami merupakan bagian satu sama lain, sahabat berada di atas segala-galanya. Begitulah gambaran sekilas tentang perasahabatan kami. Kami sering sekali menjumpai konflik di dalam persahabatan. Rasa iri yang timbul diantara kami, ego kami yang masih sangat besar. Namun semua itu tidak cukup mampu untuk memisahkan kami.
Hingga akhirnya ketakutan kami semakin dekat dengan perpisahan. Itu memang kelemahan kami. Kami terlalu takut untuk berpisah. Kami takut tidak ada yang dapat menerima kami seperti kami menerima satu sama lain di jenjang pendidikan yang akan kami tempuh nanti.
Ujian Nasional sudah dekat. Suatu sore aku hendak pergi ke tempat les. Sebelum berangkat aku menelpon Ella untuk mengajaknya berangkat bersamaku karena kebetulan dia juga ada les di jam dan tempat yang sama.
“Ella les gak? Mamamu udah pulang belum? Mau aku jemput?” tanyaku.
 “Les dong, tapi mama belum pulang jemput dong” katanya dengan cengengesan.
 “Yaudah aku ke sana sekarang ya”. Begitulah percakapan kami setiap sebelum berangkat les.
Setibanya di tempat les kami bertemu dengan Rara yang sudah selesai lebih dulu karena dia mengambil jam lebih awal. Layaknya tidak pernah bertemu kamipun saling menyapa dan ngobrol sana sini hanya untuk melepas kangen, padahal pagi harinya kami baru saja bertemu.
 “Rara udah dulu ya  kita mau les nih udah telat banget” kata Ella kepada Rara.
“Oh iya saking asyiknya sampai gak kerasa. Semangat ya sahabatku” sahut Rara sambil memeluk kami.
Di dalam ruangan aku dan Ella tidak banyak memperhatikan justru asyik dengan obrolan kami tentang masa depan kami. Hingga pernah suatu ketika kami di tegur oleh mentor kami karena tidak memperhatikan. Aku sama Ella ini memang yang paling dekat di banding dengan Rara ataupun Ina. Karena kami selalu mengambil tempat les yang sama, guru privat yang sama jadi yang mau tidak mau kami hampir seharian bersama-sama.
Bel sudah berbunyi pertanda les sudah selesai. “El, kok cepet banget sih lesnya? ” kataku keheranan.
“Iyalah kita kan ngobrol, jadi ya tidak terasa” jawabnya sambil mencubit pipiku. Itulah kebiasaan Ella yang tidak pernah ia lewatkan setiap hari terhadapku.
Hingga suatu hari tiba di mana hari pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SMP ataupun MTs sederajat. Kami semakin merasa bahwa perpisahan itu semakin dekat dan nyata sedangkan kami justru semakin dekat. Hari pertama ujian itu kami lewati cukup sukses dilanjutkan dengan hari-hari berikutnya selama empat hari.
Setelah serangkaian ujian kami tempuh tibalah saatnya kami libur panjang sembari menunggu hasil ujian. Tiba-tiba saja handphoneku berdering malam itu. Aku melihat di layar ternyata Ina sedang menelponku. Tumben sekali ini anak telpon malam-malam seperti ini batinku. Dengan cepat aku mengambil handphone yang terletak diatas meja belajarku dan mengangkatnya.
“Ya halo ada apa In? tumben banget telpon” katau dengan sedikit tertawa.
“Tidak ada apapa kok Cuma kangen aja hehe” jawabnya dengan singkat.
Namun tiba-tiba aku mendengar suara yang tak asing lagi bagiku. Ya sepertinya itu suara kedua sahabatku Ella dan Rara.
 “In, kamu menyambungkan telpon ini ke mereka ya?” kataku dengan penuh penasaran.
“Iya, tuh mereka yang minta” jawabya. Malam itu kami habiskan dengan bercengkrama hingga larut malam dan kami tertidur bersama dalam suara telpon.
Tidak terasa kami sudah menghabiskan waktu liburan kami yang satu setengah bulan lamanya. Dan kemudian tibalah hari penentuan yaitu pengumuman hasil Ujian Nasional. Semalaman aku menghubungi sahabat-sahabatku untuk mencoba menenangkanku, karena jujur saja aku tidak tenang malam itu. Ternyata mereka juga demikian. Namun mereka tetap memberiku semangat. Mereka meyakinkanku bahwa aku, kita pasti lulus dengan nilai yang memuaskan. Berkat semangat dari mereka akupun dapat terlelap walaupun masih dengan perasaan yang tidak tenang.
Aku merasa malam itu berlalu begitu cepat hingga tak terasa matahari sudah menampakkan wujudnya. Ketika aku bangun aku melihat ayahku sudah bersiap untuk mengambil hasil ujianku dengan penuh keyakinan. Ibuku masih sibuk dengan urusan dapurnya. Aku memandangi layar handphoneku ternyata sudah banyak sekali pesan yang masuk, namun tidak satupun yang aku hiraukan.
“Selamat pagi!” aku mendengar suara yang sangat tidak asing ditelingaku. Ternyata Ina menelponku dan tidak sadar aku telah mengangkatnya.
“Pagi juga.gimana hasil ujianmu In?” tanyaku dengan cemas.
“Belum tahu soalnya ayahku belum pulang. Udah yakin saja”. Aku hanya tersenyum mendengar ucapanya.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Namun aku tak juga melihat tanda-tanda ayahku pulang. Di telepon juga tidak di jawab di sms apa lagi. Semakin membuatku khawatir.
Satu jam kemudian aku mendengar suara motor ayah sedang parkir dihalaman rumah. Namun aku tidak sedikitpun melihat senyuman di wajahnya. Teryata nilai yang aku capai belum sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Lagi-lagi aku sudah mengecewakan mereka terutama ayahku. Aku hanya bisa menangis melihat hasilku namun ibuku selalu memberikan pengertian bahwa dia tidak kecewa hanya saja menyuruhku belajar lebih giat lagi.  Aku hanya tersenyum sambil meneteskan air mata dipeluknya.
Hari demi hari telah dilewati sekarang tiba waktunya untuk mencari sekolah. Kembali ibuku di sibukkan dengan masa depanku. Tiba-tiba handphoneku bergetar dan aku melihat ke layar hp ada sebuah pesan dari sahabatku Ella.
 “Hai gimana kamu sudah dapat sekolah belum? Alhamdulillah nih aku sudah dapat tinggal registrasi saja. Sukses dan tetap semangat ya”.
Aku membacanya namun tidak langsung aku balas. Aku sedih karena Ella sudah dapat sekolah itu artinya kita tidak akan bersama lagi.
“Iya makasih ya Ella. Selamat ya semoga sukses di sekolah barunya.”
Samar-samar dari kejauhan aku melihat seorang wanita yang sepertinya aku kenal. Ina, ya dia sahabatku. Rupanya dia ingin mendaftar disekolah yang sama denganku karena memang nilai kami tidak jauh berbeda. Aku senang karena aku masih bisa berkumpul dengan salah satu sahabatku.
Hari terakhir pendaftaran. Aku sudah cemas begitu juga Ina karena melihat posisi nama kami di sekolah tersebut semakin turun. Namun kami saling meyakinkan dan menguatkan. Handphoneku berdering, ketika kuangkat aku tidak mendengar suara apapun namun hanya tangisan perempuan. Aku panik. Sahabatku yang tiba-tiba menelponku menangis. Dengan perlahan aku mencoba mengajaknya berbicara.
“Kamu kenapa Ra, apa yang terjadi? Coba jelaskan aku nggak ngerti kalau kamu hanya menangis saja” kataku dengan sangat lirih.
Rara masih terdiam dan enggan berbicara. Namun tiba-tiba ada suara memanggilku. Rara sudah mau menceritakan masalahnya kepadaku. Dan setelah aku beri saran dia langsung melaksanakannya.
Akhirnya pendaftaran sekolah tersebut benar-benar ditutup. Dan aku, Ina, Rara resmi menjadi siswi di sekolah tersebut.Bulan pertama. Bulan kedua kami masih sering pergi bersama dan meluangkan waktu kami untuk berkumpul di tempat favorit kami yaitu rumah Ella. Kami juga sering menceritakan tentang kejadian apa saja yang terjadi di sekolah kami. Pengalaman menarik maupun tidak kami selalu berbagi.
Namun hal itu tidak berlangsung lama. Semakin hari kami semakin menjauh. Semakin jarang berkomunikasi bahkan tidak pernah sekalipun. Semakin banyak konflik yang tidak bisa lagi terselesaikan. Semakin besar ego yang kami miliki satu sama lain. Hingga suatu hari aku berfikir bahwa ketakutan kami selama ini benar-benar sudah terjadi. Perpisahan yang dikarenakan keegoisan kini yang terjadi.

Jumat, 05 April 2013

Liburan



            Pada liburan semester kali ini aku menghabiskan waktu liburanku sedikit membosankan. Ya karena  sebagian waktu liburanku hanya aku habiskan dirumah. Hari pertama liburan aku hanya berdiam diri dirumah tanpa mengerjakan apapun. Selama dirumah aku hanya tiduran, makan, sesekali membantu kedua orangtuaku. Hari kedua hampir sama dengan hari pertama liburanku. Aktivitas itu hampir aku lakukan selama yaa kurang lebih 5 hari. Setelah lima hari itu aku habiskan dengan aktivitas yang bisa dibilang tidak berarti. Rumahku kedatangan tamu yang tak lain adalah saudaraku yang datang dari luar kota. Ya saudaraku itu datang dari kota yang tak begitu jauh dengan kota Yogyakarta yang aku tinggali. Dia datang dari kota Jepara.
            Saudaraku datang ke kotaku untuk sekedar mengunjungi rumahku dan menanyakan kabar keluargaku. Dia adalah seorang anak sd yang masih duduk dikelas 5. Setelah saudaraku itu datang aktivitas liburanku tak jauh berbeda dengan sebelum kedatangannya. Hari pertama dia datang kita hanya dirumah saja. Hingga akhirnya tiba hari berikutnya kita pergi ke monumen jogja kembali atau yang lebih kita kenal dengan sebutan monjali. Kita berangkat dari rumah pukul 10 pagi. Perjalanan yang kita tempuh waktu itu lumayan lama karena tiba-tiba saja kota jogjakarta berubah seperti kota jakarta yang penuh sesak dengan kendaraan bernomor kendaraan luar kota.
            Tepat pada pukul 11 siang kami tiba disana. dan kami langsung membeli tiket untuk masuk kedalam monumen tersebut. Didalam monumen itu kami melihat foto-foto pada zaman perjuangan dahulu kala. Kami juga bisa melihat,membaca sejarah pada masa lampau. Setelah kami puas berkeliling monumen itu kami lantas melanjutkan perjalanan menuju kembali kerumah. Kami tiba dirumah pada pukul 2 siang. Setelah itu kami langsung istirahat. Kami beristihat hingga malam hari. Dan keesokan harinya kembali ke aktivitas biasanya yaitu hanya berdiam diri dirumah saja. Tak banyak aku dan saudaraku lakukan pada kegiatan liburan waktu itu.
            Pada hari berikutnya saudaraku mengajak aku dan keluargaku untuk pergi mengunjungi sekatan yang sedang diselenggarakan di lapangan alun-alun yogyakarta. Kami pergi kesana pada malam hari dan kebetulan saat kami pergi kesana hujan sedang mengguyur kota yogyakarta. Sehingg tak banyak barang yang bisa kami beli dan tak banyak mainan yang kami bisa naiki pada malam itu.  Akhiranyapun dengan sangat terpaksa kami harus pulang karena baju yang kami kenakan pada saat itu sudah basah kuyup seperti cucian yang baru saja diangkat dari mesin cuci yang hendak dijemur. Pada pukul 10 malam kami tiba dirumah. Setibanya kami dirumah kami langsung mengganti pakaian basah kami dengan pakaian yang kering. Dan ibuku langsung memberi kami secangkir teh hangat untuk sekedar menghangatkan tubuh kami. Kami menghabiskan malam itu dengan bercengkrama hingga larut malam dan akhirnya kamipun sudah disuruh untuk beristirahat karena masih banyak kegiatan esok hari.
            Pagi harinya kami bangun dengan wajah yang masih mengantuk karena tidur malam yang sangat kurang diakibatkan kejadian tadi malam. Namun ibuku memaksaku untuk bangun dan segera membantu beliau untuk menyiapkan sarapan untuk kami pagi ini. Dengan terpaksa akupun beranjak dari tempat tidur untuk membantu ibuku. Setelah semua masakan sarapan pagi yang aku dan ibuku buat didapur pagi ini,akhirnya selesai juga dan aku lantas menatanya dimeja makan rumahku. Setelah aku menata semua hidangan yang telah dimasak oleh ku dan juga ibuku aku lantas membangunkan adikuu saudaraku dan juga kakakku yang pagi itu masih terlelap. Saat aku membangunkan mereka, mereka justru marah padaku padahal kan aku hanya ingin melaksanakan tugas ku yang diamanahi oleh ibuku.
            Akhirnya kamipun sarapan bersama tanpa ayahku karena ayahku sudah sibuk berkeja pagi itu. setelah bersarapan kamipun langsung bergegas mandi karena nantinya ibuku sudah mempunyai rencana untuk mengajakku pergi. Dan setelkah kami semua bersiap-siap kamipun langsung pergi ketempat yang sudah direncanakan ibu. Pada awalnya aku belum mengetahui hendak diajak kemana kami ini. Namun yasudahlah kami hanya pasrah saja. Kami mengikuti saja kemana arah mobil yang dikendarai oleh ibuku itu pergi.
            Sudah lama sejak kami meninggalkan rumah pagi tadi hingga sekarang sudah pukul tiga sore belum saja sampai ditempat yang ibuku maksud itu. kamipun lagi-lagi hanya bisa bersabar mengikuti kemnapun ibuku mau membawa kami. Didalam mobil aku,kakakku,saudara dan adikku hanya diam saja karena kami jengkel terhadap ibu setiap kali ditanya kita hendak kemana selalu saja tidak dijawab. Yasudah akhirnya kamipun hanya diam dengan tanda tanya besar dipiiran kami masing-masing.
            Setelah berjam-jam kami berada dalam tanda tanya kami akhirnya kamipun mulai menemukan titik terang hendak dibawa kemana kami ini oleh ibuk kami. Karena kakakku muelia menyadari jalan yang dilewati itu adalah jalan yang digunakan kami setiap kali pulang kampung. Yaa keyakinan kakakku semakin bertambah tak kala kakakku melihat panah-panah yang terdapat disepanjang jalan. Namun ibuku tetap saja tidak mau memberitahukan kepada kami. Akhirnya kamipun menelpon ayah. Dan ternyata jawaban yang kami dapatkan adalah sama ketika kami menanyakan hendak dibawa kemana kami ini. Ya aku tak mengerti apa maksud mereka.
            Setelah menempuh perjalanan yang begitu panjang akhirnya kami benar-benar menemukan jawaban atas pertanyaan kami tadi. Setelah kami makan bersama ibuku baru memberitahukan kepada kami bahwa kami ini akan diajak liburan kerumah kakek kami yang berada di  kota Pati yang sudah lama sekali tidak kami kunjungi. Betapa senangnya hati kami. Akhirnya kami menghabiskan waktu liburan di rumah kakek hingga waktu liburan habis.

Jumat, 08 Maret 2013

Tinta Kecurangan


Mencontek ? siapa yang belum pernah melakukan hal ini. Hampir seluruh pelajar di Indonesia pasti sudah pernah bahkan sering melakukan hal ini. Hal yang kelihatannya sepele tetapi termasuk juga dalam dosa kecil. Mencontek sering kali dilakukan para pelajar yang sudah terdesak oleh waktu akhir saat mereka mengerjakan soal. Sudah kehabisan waktu dan ide untuk mengarang bebas, dan pilihan terakhir yaitu mencontek teman satu ruangan. Banyak faktor yang memaksa sesoeorang melakukan kecurangan ini. Karena mereka malas belajar, tidak mampu menggunakan kemampuan yang sebenarnya telah ia miliki, dan terpengaruh oleh teman-teman yang berada diruangan yang sama.
                Anak-anak jaman sudah pintar menemukan cara mudah mencontek daripada menemukan rumus-rumus baru. Mereka sangat berkreativ saat akan melancarkan aksinya tersebut. Seperti misalnya memasukkan ringkasan yang mereka buat sendri kedalam kaoskaki, menyelipkan hp kedalam baju dan masih banyak lagi cara unik mereka demi mendapatkan jawaban dari temannya. Sejujurnya pada saat mereka membuat ringkasan yang akan dibuat sedemikian kecilnya agar dapat memasuki ruang ujian, mereka sudah terlebih darhulu membaca dan bahkan mengingatnya. Hanya saja anak jaman sekarang malas untuk menggunakan daya ingatnya.
                Tak sedikit juga yang gagal dapam menjalankan aksinya tersebut. Banyak yang tertangkap basah oleh pengawas yang sengang menjaga. Nah kalau sudah begini siapa yang kan dirugian? Sudah pasti kita sendiri. Untuk itu marilah kita belajar dengan sungguh-sungguh agar tidak terjebak dalam permainan kita sendiri dan percaya akan kemampuan diri kita sendiri.

Kamis, 07 Maret 2013

Budaya Membolos di Indonesia


Semakin banyak pelajar di Indonesia yang membolos hal ini semakin meresahkan para orang tua yang masih mempunyai anak yang duduk dibangku sekolah. Terutama orang tua yang masih mempunyai anak seorang pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun seiring berjalannya waktu kegiatan membolos ini tidak hanya dilakukan oleh para pelajar SMA saja, telah banyak para pelajar SMP bahkan pelajar SD sekalipun. Banyak sekali alasan yang mereka keluarkan ketika ditanya mengapa mereka memilih untuk meninggalakanpelajarn dibandingkan dengan mengikuti pelajaran seperti yang dilakukan teman-temannya. Mungkin mereka merasa bosan dengan system atau cara guru mengajar sehingga memilih untuk meninggalakan kelas atau membolos. Alasan yang lainnya yaitu kurangnya penjagaan di sekitar area sekolah. Jadi meskipun sekolah itu memiliki satpam namun tidak menjamin bahwa pelajar disekolah tersebut tidak dapat keluar untuk membolos. Mereka mungkin bisa saja memanjat dinding sekolah untuk keluar dari sekolah itu tanpa memikirkan reskonya.
                Kegiatan membolos ini kebanyakan menimbulkan banyak masalah. Diantaranya yaitu akhir-akhir ini sering terjadi tawuran antar sekolahyang bahkan sampai menimbulkan korban jiwa. Tidak sedikit pula pelajar yang membolos justru malah pergi ke tempat kafe untuk bersembunyi atau hanya sekedar berkumpul dengan teman-temannya. Perkumpulan ini sangat merasahkan warga sekitar karena biasanya mereka tak sekedar hanya berkumpul tetapi kadang-kadang sambil menodong siapa saja yang lewat didaerah tersebut. Atau para pelajar yang sedang memobolos ini pergi ke warnet atau bahkan melakukan pergaulan bebas. Karena walau bagaimanapun juga diera seperti ini pergaulan bebas dikalangan remaja semakin marak terjadi.
                Untuk mengurangi tindak kejahatan yang saat ini banyak dilakukan oleh seseorang atau bahkan sekelompok orang perlu dilakukannya perubahan. Perubahan yang pertama yang harus dilakukan yaitu memberikan pelajaran kepada pelajar Indonesia itu bahwa apa yang telah mereka lakukan selama ini tidak ada manfaatnya sama sekali justru membuat masalah baru. Tetapi untuk memberikan kesadaran kepada pelajar tidak dapat terlasana jika pelajar itu sendiri tidak mempunyai kemauan untuk berubah. Kgiatan ini dapat dibantu dengan peran orang tua sebagai faktor utama internal. Cara selanjutnya yaitu lebih diperketat lagi peraturan-peraturan disekolah dan alangkah lebih baiknya jika sekolah berkoordinasi dengan pihak kepolisisan untuk mencegah kegiatan membolos yang saat ini sudah menjadi budaya di kalangan pelajar Indonesia.